Sama, Beda, Setaraf
- Details
- Category: Filsafat
- Published on Monday, 28 July 2014 10:24
- Written by Prof.Dr.Dr.Dr.Lee T Oei
- Hits: 958
Oleh: Prof.Dr.Dr.Dr.Lee T Oei
Pencarian kesempurnaan diri untuk mendapatkan Surga bagi Khonghucu adalah menggalian Surga yang didapatkan dari diri sendiri. Sebab didalam diri sendiri, merupakan cerminan Tuhan sekaligus anugrah besar Tuhan kepada semua orang (Dr.Setio Kuncono,SH,SE,MM)
Bila penayangan penulis tentang lokakasya pikiran Konfuciani sebagai memiliki hakekat agama betul, syahdan pandangan yang mengukuhi, bahwa Kekonfucianian hanya mengajarkan kesusilaan, salah besar. Amanat tentang Atputtamah (Transcendent = Tuhan YME) meresapi terah-tumerah Konfuciani, Sesungguhnya, A gama Konfuciani mempunyai cara khas dalam menangani masalah itu, bahwa nisprapanca (transendens) dan saprapanca (imanen) berada pada setiap pemikir agama yang sungguh-sungguh. Pengabaian dewasa ini terhadap hakekat agama dalam pikiran Konfuciani disebabkan oleh salah-buram, bahwa di dalam lokakasya Madhyanagara, hanya Agama Tao dan Agama Buddha mempunyai sesuatu yang penting untuk dikatakan tentang Atputtamah, sedangkan makna Kekonfucianian terbatas pada lingkup duniawi. Sebagai telah dibincangkan pada makalah ini, Kekonfucianian pasti tanpa tidak cita-cita teradap keprihatinan terakhir. Dengan demikian, haruslah sungguh-sungguh dianggap sebagai suatu pengganti dalam dunia agama. Rujukan lokakasya ini mungkin lebih lanjut dijelaskan, bila ajaran-dasar Konfuciani dibandingkan dengan ajaran Nasrani tentang Tuhan, manusia, kristus, kebajikan dan gereja.
- Kepercayaan Nasrani akan satu Tuhan perorangan ditampilkan kepada manusia sebagai suatu satpthagami (ordoks). Di satu fihak, Tuhan dipercaya telah menciptakan dunia dari tidak apa-apa (ex nihilo). Alam pencipta tidak diukur dengan apa yang diciptakan. Dengan perkataan lain, Tuhan Nasrani adalah murni nisprapanca (transendens) : Dia adalah secara keseluruhan lain. Di lain fihak, sejarah manusia dan nasib manusia tidak dapat difahami terpisah dari suatu pengertian sepantasnya tentang kehendak suci. Tidak hanya jenis manusia diciptakan demi keperluan memuliakan Tuhan, tetapi kehendak suci diwahyukan kepada manusia disetiap tahap sejarah manusia. Tuhan mengutus PuteraNya, Jesus kristus, ke dunia untuk penyelamatan rokh manusia. Sejarah manusia, kalau begitu, memiliki keduanya, tengah dan akhir. Adalah dalam pengertian ini, bahwa Agama Nasrani berwatak agama bersejarah. Amanat suci abadi saprapanca (imanen) di dalam dunia manusia. Berbeda dari kepercyaan Nasrani, orang Madhyanagara nampaknya bergerak lebih jauh dan lebih jauh terpisah dari kepercayaan akan Tuhan Yang Mahatinggi berwatak perorangan. Wahyu tidak diizinkan menjadi sumber pengetahuan, dan terpisah dari tatanan alamiah tidak diperlukan suatu tatanan adikodrati. Tetapi orang Madhyanagara percaya akan satu tenaga cipta yang mahatinggi dan senantiasa berperan di dalam semesta, barangkali dapat disebut Atputtamah (Transcedent), sebab, berbeda dari kemampuan kerja manusia yang terbatas, Dia dapat melingkup segala sesuatu tanpa meninggalkan apa-apa diluar, dan Dia dapat menyempurnakan segala sesuatu tanpa ikhtiar. Tidak diragukan pula, bahwa para agamawan Konfuciani akan satu tenaga tertinggi yang berdaya-akal lebih tinggi dari yang diejawantahkan pada peringkat manusia. Tetapi tidak diluar kemampuan manusia untuk mengalami yang tidak dapat dijajaki ini, dan membentuk persatuan sempurna denganNya. Dengan demikian, telah ditegakkan, bahwa bukanlah halnya dengan orang Madhyanagara tidak percya akan Tuhan, kalau dengan istilah “Tuhan” dimaksud tenaga cipta tertinggi didalam alam semesta. Sebaliknya, adalah halnya, bahwa masalah nisprapanca dan saprapanca Tuhan difahami dalam basa-basi dri Tuhan kepercayaan Nasrani.
- Orang Nasrani percaya, bahwa Tuhan menciptakan manusia sebagai makhluk mulia di atas dunia, dan bahwa manusia dianugerahi kemampuan menggunakan kehendak-merdekanya. Sangat tidak beruntung, kehendak-merdekanya disalahgunakan sendiri, dan jatuhlah ia akibatnya; seorang tidak akan menerima penyelamatan kecuali ia menerima kepercayaan Nasrani. Para Agamawan Konfuciani juga percaya, bahwa manusia adalah hasil mulia Tuhan YME, karena hanya dia mempunyai kemampuan mengertikan amanat Tuhan YME dan dapat bergabung tenaga dengan tenaga cipta yang bekerja di alam semesta. Anugerah asli kepada manusia adalah baik, tetapi kecondongannya menuju perolehan hidup terpenuhi, mungkin dirintangin oleh lingkungan yang tidak menguntungkan atau kegagalannya mengembangkan bagian hidupnya yang mulia. Di sinilah, bahwa manusia harus sadar membuat putusan-hidupnya. Ia akan menyingkap ukuran mendalam di dalam dirinya, dan sadar memelihara ukuran itu agar membentuk satu arus dengan Surga dan Dunia, atau ia hidup dalam penghidupan bejat-akhlak seekor binatang buas. Tidak ada jatuh, dosa asal tersangkut. Hanya keinginan-keinginan kebendaan, jasmaniah, dan mementingkan diri-sendiri manusia sangat kuat, dan manusia berjiwa besar yang lebih suka mengikuti hasil mawas-dirinya ketimbang tindak-balas (reaksi) biasa amat jarang. Tekanan Agama Konfuciani atas mahanah (fungsi) pendidikan-pengajaran dan tata-tertib menunjukkan, bahwa pengertian mendalam akan segi-segi nafiah (negatip) pada penghidupan tidak kurang dalam lokakasya (tradisi) ini.
- Kepercayaan akan Isa membedakan kaum Nasrani dari umat-umat agama lain. Isa diutus kedunia untuk menebus dosa manusia. Beliau mengorbankan penghidupan sendiri supaya memberi hidup baru kepada manusia. Apa yang Beliau sampaikan adalah amanat dunia lain. Isa dinyatakan sebagai sepenuhnya manusia dan sepenuhnya Tuhan. Hanya kepercayaan tanpa syarat kepadaNya akan membebaskan manusia. Lokakasya Konfuciani tidak pernah memperkenankan manusia hidup dalam segala pengertian diperkenalkan sebagai Tuhan. Barang sudah tentu, terdapat manusi-manusia suci yang memperoleh kebijaksanaan sebelah dalam dan kedirajaan sebelah luar. Mereka adalah makhluk-makhluk hampir bak Tuhan, tetapi sepenuhnya adalah manusia-manusia belaka, tidak pernah Tuhan. Dalam lokakasya Nasrani, seorang tidak pernah dapat dipersamakan dengan Isa. Isa adalah khas dalam sejarah. Orang-orang lain hanya percaya akan Dia. Bagi orang Madhyanagara, pada pokoknya setiap orang dapat menjadi orang suci, kalau ia dapat sepenuhnya mewujudkan kesanggupan agung yang berada dalam diri-sendiri. Benarlah, bahwa Konfuciani memang khas dan tiada bandinganNya, tetapi tidak terdapat keperluan hakiki, bahwa Konfucius harus menjadi orang suci terbesar, tiada taraNya, didunia. Terdapat angkatan-angkatan maharaja suci atau menteri suci yang membuka jalan bagi bangkitNya Konfucius, dan setelah Beliau, terdapat angkatan-angkatan manusia berbudi tinggi berdharmasubimenjunjung tinggi lokakasya. Bila Konfucius memberi tauladan untuk diikuti orang biasa, itu berarti, walaupun kebesaranNya tidak akan pernah dapat di ulang. Dengan demikian, percaya akan Konfucius tidak serupa dengan percaya akan Isa.
- Dalam terah-tumerah Nasrani, dosa utama adalah kecongkakan manusiawi, beupa mengabaikan amanat Atputtamah (Transcendent). Ikhtiar demi mencapai penyelamatan oleh diri-sendiri tidak hanya tidak mungkin, bahwa pikiran tentang itupun suatu kerujukan pada kecongkakan manusia yang tidak pantas. Sebab itu, jalan satu-satunya bagi penyelamatan ialah percaya pada Isa dan berdoa untuk mendapat bantuan seperti yang akan dianugerahkan oleh Yang Mahakuasa. Nalar manusia tidak berdaya dalam hal-ihwal keprihatinan tertinggi, dan tidak harus berbuat lebih banyak ketimbang melayani kepercayaan. Lokakasya Konfuciani, sebaliknya, telah menempatkan tekanan mandiri atas usaha oleh diri-sendiri. Adapun manusialah yang harus mendengar sendiri nalamnya, demi membuat sendiri putusan hidupnya, dan menundukkan sendiri dirinya di bawah tata-tertib susila keras, agar ia dapat menyingkap sendiri ukuran mendalam yang melekat didalam dirinya,pada tarap sepenuhnya menyatakan sendiri kemampuannya yang agung, dan membentuk sendiri persatuan sempurna dengan Kekuatan Cipta Tertinggi yang bekerja di alam Semesta kecuali pikiran menentukan sendiri satu tujuan dasar, tidak ada apa-apa dapat disempurnakan. Tetapi tidak terdapat bahaya kebajikan terhadap diri-sendiri, sebab sekali persatuan dengan Surga dan dunia disempurnakan, keinginan-keinginan demi diri-sendiri yang mekar-jaya di diri kecil dapat dibuang jauh. Seorang tidak dapat dicegah akan merasa rencana atau gelisah, bila ia dapat mengenal diri-sendiri hanya dengan diri-kecilnya yang harus menghadapi gangguan-gangguan dari segala penjuru dan hanya memiliki kekuatan sedikit untuk mengatasi mereka. Pembebasan datang, mana kala seorang bergabung-kekuatan dengan kekuatan-kekuatan cipta di dunia dan membentuk satu arus dengan Surga dan dunia. Ia mendharmasubhikan sesuatu, betapapun kecil, kepada penataran (proses) cipta agung di alam semesta, menurut kemampuannya. Satu kebenaran mendalam tentang penghidupan manusia ialah sebegitu nasib seseorang disadari, pada waktu yang sama dinisprapancakan (ditransen). Seseorang tidak pernah dapat sepenuhnya mengharapkan dan menguasai semua peristiwa yang akan terjadi dalam hidupnya, tetapi mengusahakan diri-sendiri untuk hidup menurut Tarekat adalah membuat seorang rokhaniah bebas.
- Karena tatanan duniawi dan tatanan suci tajam dibedakan, yang satu dari yang lain, dalam terah-tumerah Nasrani, satu pertubuhan (organisasi) istimewa, yaitu, gereja, dibutuhkan dalam menegakkan mujatamak (komunitas) rokhaniah, demi dibedakan dari mujatamak duniawi, bentuk lain. Alhasil, pula, suatu satpatagami (ortodoks). Meskipun tujuan gereja bukan keduniawian, gereja telah berkembang menjadi kekuatan duniawi besar dalam bertanding dengan pertubuhan duniawi lain, misalnya, Negara. Perselisihan antara gereja dan Negara telah menjadi judul terus-menerus dalam sejarah Eropa. Di Madhyanagara, sejak kekuatan cipta dipercaya bekerja disetiap tahap hidup manusia, pertubuhan khusus bagi keperluan agama tidak di butuhkan disamping lembaga-lembaga Negara nitijna (politik) dan pendidikan-pengajaran. Pemujaan nenek-moyang dilaksanakan di rumah-tangga masing-masing. Sesungguhnya, hal itu merupakan sebagian tata upacara Konfuciani. Pengorbanan kepada Tuhan YME dilestarikan sebagai hak istimewa maharaja. Pengorbanan sedemikian juga bagian yang tidak dapat disingkirkan dari tata upacara Konfuciani. “Kekurangan” (diantara tanda petik) pembedaan antara tatanan suci dianggap mencirii peradapan Madhyanagara. Mungkin karena ciri tersebut banyak orang Barat salah mengerti dan tanpa periksa-teliti lebih lanjut mengira, bahwa orang Madhyanagara tidak beragama. Orang Barat telah gagal memperhatikan, bahwa mayarasa (sentimen) agama telah dikemukakan oleh orang Madhyanagara dalam suatu urat nadi yang berbeda dari apa yang biasa digunakan untuk tujuan sama di Barat. Ndara Pethak, ampun sangga-runggi. Bab bebener ampun sedaya dipun kakahi pyambak. (Tuan besar Putih, janganlah berprasangka. Tentang kebenaran janganlah semua digagahi sendiri.)
Pada analisa di atas, gagasan-gagasan kepercayaan Nasrani dan Konfuciani telah dibanding. Apa yang mungkin mudah melarikan diri dari perhatian adalah kenyataan, bahwa carakin itu membandingkan satu agama dengan lain agama. Karena keduanya adalah hakiki agama, maka keduanya juga memiliki banyak persamaan. Dwicakap antara keduanya barangkali akan terbukti berfaedah bagi keduanya.
Read more...