Ujian Bagi Calon Rohaniwan, Perlukah?
- Details
- Category: Budaya
- Published on Tuesday, 16 January 2018 21:40
- Written by Js. Gunadi Prabuki, S.Pd.
- Hits: 235
Oleh: Js. Gunadi Prabuki, S.Pd.
Kompetensi spiritual dan sosial, kompetensi pengetahuan, dan kompetensi keterampilan menjadi sangat penting untuk semua bidang keahlian. Tidak terkecuali bidang kerohaniwanan.
Bahwa seorang calon rohaniwan harus memiliki kompetensi spiritual dan soaial yg baik dalam artian memiliki kompetensi spiritual dan sosial dengan predikat minimal B (baik) ini tentu saja mutlak.
Namun demikian, tidak berarti bahwa kompetensi pengetahuan (pemahaman tentang fakta-fakta dan konsep-konsep ajaran Khonghucu) bisa diabaikan.
Kompetensi-kompetensi tersebut tentu harus diukur supaya terukur, dan supaya kompentesi tersebut dapat terukur dengan baik tentu harus menggunakan alat ukur yg benar dan tentu saja tepat dengan objek yang akan diukur (mengukur apa yang harus diukur).
Tak bisa dipungkiri, bahwa mengukur kompetensi sosial seseorang lebih sulit dibanding mengukur kompetensi pengetahuan, dan mengukur kompetensi spiritual seseorang lebih sulit dibanding mengukur kompetensi sosial dan pengetahuan. Artinya, Alat ukur (Instrumen-instrumen) yang digunakan harus benar benar valid dan realibel.
Ada dua hal yang perlu kita cermati untuk kemudian kita bedakan, yaitu tentang ujian dan wawancara.
Ujian lebih kepada upaya mengukur kompetensi pengetahuan (pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural).
Sedangkan wawancara lebih ditujukan untuk mengukur motivasi (tujuan/niat, motif/dorongan) menjadi rohaniwan.
Catatan pentingnya adalah: ketika ujian (baik terbuka atau tertutup) akan diberlakukan sebagai syarat yang harus dilalui oleh seorang calon rohaniwan, maka:
Pertama, tentu harus dibuatkan system ujian, atau SOP, atau apapun namanya terkait mekanisme pelaksanaan ujian yang dimaksud.
Kedua, harus ada standar soal yang akan diujikan yang tentu nenyangkut semua aspek tentang pengetahuan Ajaran Khonghucu (pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural) yang meliputi: sejarah suci, pengetahuan kitab, keimanan, tata ibadah, dan perilaku Junzi. Dalam kaitan tentang standar soal, tentu saja harus melibatkan bidang pendidikan atau praktisi pendidikan.
Ketiga, ujian bisa menggunakan bebarapa model tes (tidak hanya menggunakan satu model tes). Model tes yang rekomendasikan adalah:
Tes lisan, tes tertulis, product (ranah pengetahuan), dan praktik (ranah keterampilan). Product bisa berbentuk makalah atau tulisan ilmiah.
Sementara untuk ranah spiritual dan sosial yang memang sulit untuk diujikan dan diukur, maka bisa mengunakan laporan/pengamatan (trackrecord) yang secara eksplisit berbentuk surat REKOMENDASI Pengurus Makin dan Rohaniwan senior. Meskipun surat Rekomendasi itu sangat sobjektif sifatnya, tetapi cukup menjadi landasan dan jaminan atas rekam jejak seorang calon rohaniwan. Jika memang diperlukan, dapat dibuatkan fakta integritas sebagai jaminan sekaligus komitmen tertulis bagi calon rohaniwan yang bersangkutan.
Kesimpulan:
- Ujian untuk mengukur kompetensi semua ranah (apektif, kognitif, dan psikomotorik) bagi calon rohaniwan sangat diperlukan agar kwalitas seorang rohaniwan Khonghucu memenuhi standar.
- Dibuatkan system ujian, atau SOP, atau apapun namanya terkait mekanisme pelaksanaan ujian yang dimaksud.
- Kompetensi pada ranah apektif (spiritual dan sosial) dapat menggunakan surat Rekomendasi BP Makin dan Rohaniwan senior, yang meskipun sobjektif sifatnya tetapi cukup beralasan untuk digunakan.
- Wawancara dilalukan untuk mengukur motivasi (tujuan dan motif) menjadi rohaniwan.
- Kompetensi pengetahuan harus meliputi sekurang kurangnya tiga aspek, yaitu: faktual, konseptual, dan prosedural) yang meliputi: sejarah suci, pengetahuan kitab, keimanan, tata ibadah, dan perilaku Junzi.
- Tes yang digunakan dalam ujian bisa menggunakan model tes tertulis, lisan, product, dan praktik.
Terkait ujian terbuka yang dilalukan oleh Bidang Agama Matakin yang laksanakan pada hari minggu tanggal 7 Januari 2018 di Litang Kahuripan Makin Gunungsindur, terhadap Dao Qin Kristan dan Dao Qin Low A'tjuh, ijinkan saya memberikan beberapa tanggapan:
1. Pelaksanaan ujian terbuka yang lakukan oleh bidang Agama Matakin merupakan langkah awal yang positif untuk meningkatkan kwalitas Rohaniwan Khonghucu dimasa ysng akan datang.
2. Pelaksanaan ujian terbuka ini tentu tak luput dari kekurangan-kekurangan.
Misalkan: Pertanyaan yang diajukan kepada peserta ujian lebih kepada pertanyaan wawancara untuk mengukur motivasi (tujuan dan motif) peserta ujian menjadi rohaniwan. Pertanyaan terkait kompetensi justru minim sekali.
3. Kreteria tentang kelulusan peserta tidak terbuka. Artinya kreteria kelulusan harus terang dan terbuka. Oleh karenanya, harus panduan penilaian sebagai acuan/ landasan, dan tentu saja memperhatikan prinsip-prinsip penilaian.
4. Tentang pernyataan lulus dan direkomendasikan, dan lulus tapi tidak direkomendasikan, ini Agak membingungkan. Menurut saya, penyataan lulus dari tim penguji otomatis menjadi rekomendasi untuk peneguhan/li yuan rohaniwan. Karena surat rekomendasi sudah dikeluarkan oleh Makin dan rohaniwan senior. Maka, jika tim penguji juga mengeluarkan surat atau tidak mengeluarkan surat rekomendasi untuk peneguhan/Liyuan sebagai rohaniwan ini akan menjadi tumpang tindih dan rancuh.
5. Menerapkan satu sistem barusebaiknya jangan terburu-buru, harus melalui analisa yang kuat dan melibatkan semua unsur dan bidang.
Demikian tanggapan dari saya. Mohon maaf sekiranya tanggapan ini membuat tidak nyaman.
Tentang baik dan buruknya, tentangan kekurangan dan kelebihannya, biarlah menjadi pembelajaran bagi kita semua.
Shanzai
Salam Hormat
Js. Gunadi Prabuki, S.Pd.
Read more...